Pernikahan putri keempat Sri Sultan ini
merupakan perhelatan besar yang terakhir pada masa kekuasaanya. Sesuai
penjelasan permaisuri Sri Sultan HB X, GKR Hemas, perhelatan pernikahan
GKR Hayu menjadi penutup dari pernikahan lima anaknya, maka pesta
melepas lajang ini bernuansa akbar, melebihi pernikahan tiga kakak dan
satu adiknya. Sri Sultan juga mengakui perhelatan terakhir ini menjadi
penanda tentang kebesaran tradisi Kraton Yogyakarta, maka prosesi
pernikahannya terkesan mewah dengan gelar “kekuatan” budaya kraton
seperti pengerahan seluruh kereta kraton pada acara kirab dan para
prajuritnya.
Substansi dari prosesi pernikahan akan
berlangsung Selasa (22/10/2013) pagi. Calon suami GKR Hayu, KPH
Notonegoro akan dinikahkan langsung oleh Raja Kesultanan Yogyakarta, Sri
Sultan HB X. Makna pernikahan agung kraton pada sesi ijab qabul
tersebut. Apabila tiga kakak dan satu adik GKR Hayu pelaksanaan ijab
qabulnya Sri Sultan mewakilkan ke penghulu kraton, ayahandanya
menyaksikan, maka Sri Sultan HB X kali ini akan menikahkan langsung KPH
Notonegoro dengan putrinya di Masjid Panepen Kraton Yogyakarta. Usai
akad nikah, kedua mempelai akan dipertemukan yang dikemas dengan upacara
panggih. Panggih berarti kedua mempelai dipertemukan pertama kali
setelah resmi menjadi suami istri di Tratag Bangsal Kencana. Pada akad
nikah putri kelima pada 2012, upacara panggih ini biasanya dihadiri oleh
tamu sangat-sangat penting (VVIP) atau undangan khusus, antara lain
presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan istri, Wakil Presiden Budiono dan
istri serta para duta besar.
22 Kereta Pusaka
Sebayak 22 kereta pusaka
Keraton Yogyakarta, akan diikutkan dalam kirab pengantin. Arak-arakan
ini selain untuk memperkenalkan kedua mempelai kepada masyarakat, juga
sebagai simbol dekatnya hubungan Kraton dengan rakyat. Arak-arakan ini
merupakan simbolisasi manunggal ing kawula gusti, yang artinya
menciptakan kesejahteraan bagi umat manusia. Dimana ketika pimpinan
bersatu dengan rakyat, pasti akan ada kemakmuran dan ketenteraman. Saat
iring-iringan kereta kuda ini, kedua mempelai akan menggunakan Kereta
Kanjeng Kyai Jongwiyat. Sementara itu, Sri Sultan beserta Permaisuri
akan menggunakan Kereta Kanjeng Kyai Wimono Putro.
K Harsunaba adalah kendaraan yang digunakan dalam resepsi pernikahan, sementara K Jongwiyat, K Manik Retno, K Jaladara dan K Mondro Juwolo kadang-kadang digunakan oleh Pangeran Diponegoro. Selain itu juga terdapat kereta, K Noto Puro, K Roto Biru, K Kutho Kaharjo, K Puspo Manik, Rejo Pawoko, Landower, Landower Surabaya, Landower Wisman, Kus Gading, Kus nomor 10, dan lain-lain. Masing-masing kereta tersebut memiliki kegunaan sendiri-sendiri
Keberangkatan iring-iringan kereta kuda ini dibagi menjadi dua.
Rombongan kereta kuda pertama adalah kereta mempelai, orang tua mempelai
pria, para pengiring, penari, serta prajurit Kraton yang lebih dulu
berangkat pukul 8. Sesampainya rombongan pertama di Kepatihan, barulah
rombongan kereta kedua yakni Sultan dan Permaisuri beserta perangkatnya
berangkat jam 9 menuju Kepatihan.Rombongan pertama terdiri dari lima kereta yang akan dinaiki oleh rombongan mempelai di barisan paling depan. Kereta-kereta tersebut terdiri dari Kereta Kanjeng Kyai Jongwiyat untuk kedua mempelai, Kereta Kanjeng Kyai Notopuro untuk para Utusan Ndalem, Kereta Kanjeng Kyai Rejopawoko untuk Patah Manten, Kereta Kanjeng Kyai Rotobiru serta Kereta Kanjeng Kyai Permili untuk para penari Bedhaya.
Rombongan mempelai juga akan diiringi oleh para penari Lawung Ageng yang mengendarai 12 kuda di bagian depan serta pasukan Bregodo Prawirotomo dan Bregodo Patangpuluh (prajurit keraton) yang totalnya mencapai 120 orang (satu Bregodo terdiri dari 60 orang prajurit). Untuk rombongan keluarga Kraton, kereta-kereta tersebut adalah Kereta Kanjeng Kyai Wimono Putro yang akan dinaiki oleh Sri Sultan Hamengku Buwono X beserta Permaisuri. Kereta ini akan ditarik oleh delapan kuda. Berikutnya, Kereta Kus Abut, Kus Cemeng dan Kus Ijem akan mengikuti di belakang kereta Raja untuk para putri Keraton. Rombongan Raja juga akan diiringi oleh prajurit Bregodo Keraton. Totalnya sekitar 240 prajurit, terdiri dari empat Bregodo yakni Bregodo Wirobrojo, Mantrijero, Ketanggung dan Daeng. Pada deretan terakhir, rombongan kerabat Pakualaman IX akan mengikuti dengan menaiki tiga kereta kuda milik Kraton.
Pada zamannya kereta kuda merupakan alat transportasi penting bagi masyarakat tak terkecuali Keraton Yogyakarta. Keraton Yogyakarta memiliki bermacam kereta kuda mulai dari kereta untuk bersantai dalam acara non formal sampai kereta kebesaran yang digunakan secara resmi oleh raja. Kereta kebesaran tersebut sebanding dengan mobil berplat nopol Indonesia 1 atau Indonesia 2 (mobil resmi presiden dan wakil presiden Indonesia). Kebanyakan kereta kuda adalah buatan Eropa terutama Negeri Belanda walaupun ada beberapa yang dibuat di Roto Wijayan (misal KK Jetayu).
KNy Jimat merupakan kereta kebesaran Sultan HB I sampai dengan Sultan HB IV. Kereta kuda ini merupakan pemberian Gubernur Jenderal Jacob Mossel. KK Garudho Yakso merupakan kereta kebesaran Sultan HB VI sampai HB X (walaupun dalam kenyataannya Sultan HB IX
dan HB X sudah menggunakan mobil). Kereta kuda buatan Den Haag tahun
1861 ini terakhir kali digunakan pada tahun 1989, saat prosesi Kirab Jumenengan Dalem (perarakan pemahkotaan raja). KK Wimono Putro adalah kereta yang digunakan oleh Pangeran Adipati Anom (Putra Mahkota). KK Jetayu merupakan kendaraan yang digunakan Sultan untuk menghadiri acara semi resmi. KK Roto Praloyo
merupakan kereta jenazah yang hanya digunakan untuk membawa jenazah
Sultan. Konon kereta ini baru digunakan dua kali yaitu pada saat
pemakaman Sultan HB VIII dan HB IX.
Roh Halus Ikut Berpesta
Pesta Rakyat pernikahan putri Sri Sultan
Hamengku Buwono X yang diadakan di pelataran Monumen Serangan Umum 1
Maret 1949, Yogyakarta, Selasa (22/10/2013) malam, diramaikan pentas
kesenian tradisional Nini Thowong. Kesenian yang berasal dari Bantul
tersebut, berupa memasukkan roh halus ke dalam sebuah boneka berukuran
manusia dewasa, sehingga boneka itu dapat bergerak sendiri. Nini Thowong
adealah kesenian yang awalnya merupakan permainan tradisional. Boneka
yang dipakai itu diisi roh yang dia kenal bernama Den Nganten Juriah.
sumber: daily mail
Masuk Situs Dunia
Berita dan foto-foto prosesi pernikahan
akbar itu muncul di situs Daily Mail, situs koran terpopuler di Inggris,
Selasa (22/10/2013). Situs paling hot yang berita-beritanya serba
menarik itu memilih judul “Royal wedding fever grips Indonesia as the Sultan’s fourth daughter prepares to wed in lavish three-day affair”.
Sitis itu menyebut ada “demam pernikahan agung putri ke-4 Sultan
menjelang pesta mewah tiga hari”. Berita itu dilengkapi foto-foto
prosesi siraman kedua mempelai hingga ‘tantingan” yang digelar Senin
(21/10/2013) malam. Ada juga foto serta berita singkat yang menerangkan
ketika para abdi dalem memasang janur kuning sebagai pertanda Keraton
Yogyakarta sedang menggelar pawiwahan ageng. Beragam komentar dikirimkan
para pembaca berita ini dari berbagai negara, termasuk juga dari
Indonesia. Sebagian menilai sinis/negatif pesta di tengah kemiskinan
ini, sebagian lagi memuji keelokan budaya bangsa Indonesia.
Alergi Serbuk
Kedua mempelai Keraton Kasultanan
Yogyakarta, GKR Hayu dan KPH Notonegoro ternyata alergi terhadap serbuk
sari bunga. Karena panitia memilihkan jenis bunga tertentu yang tidak
memiliki serbuk sari terlalu banyak dalam setiap dekorasi lokasi
Pernikahan Agung. Panitia bersama timnya memilihkan berbagai jenis bunga
yang tidak memiliki serbuk sari yang mudah beterbangan. Beberapa jenis
bunga yang digunakan yakni crisant, peacock, amaratus, kalalili, anggrek
bulan dan mawar. Ia juga menggunakan tiga jenis bunga impor dari
Belanda sebagai kombinasi warna dekorasinya yakni lily, tulip dan
casablanca. Kesemuanya bernuansa ungu dengan aksen putih. GKR Hayu
pernah mengatakan bahwa ia menginginkan dekorasi pernikahan berwarna
ungu dan hijau tosca selaras dengan warna cincin pemberian KPH
Notonegoro yang kini sah menjadi suaminya. Khusus dekorasi di keraton,
lebih dominan warna hijau tosca untuk menyesuaikan dengan interior
Keraton. Sedangkan dekorasi di Bangsal Kepatihan akan lebih variatif
yakni kombinasi tosca dengan aksen ungu lavender.
Makanan Khas
Makanan khas yang akan
disajikan dalam pernikahan ageng tersebut diantaranya masakan khas
tradisional yang hanya disajikan pada acara-acara tertentu Kraton dan
merupakan kesukaan raja-raja Kraton terdahulu. Persiapan khusus dalam
Pernikahan Agung Kraton Yogyakarta, Gusti Kanjeng Ratu Hayu dan Kanjeng
Pangeran Harya Notonegoro berlaku dalam hal sajian masakan yang akan
dinikmati baik dari kedua calon mempelai, keluarga besar Kraton, maupun
tamu undangan.
Menu makanan khusus tersebut diantara
adalah bendul sebuah jajanan berbentuk bulat menyerupai bakpia yang
terbuat dari singkong kesukaan Sultan HB Sembilan. Perawan kenes yang
terbuat dari pisang kepok kesukaan Sultan HB Delapan, serta manuk enom
yang mirip dengan puding yang terbuat dari tepung ketan dicampur kuning
telur dan dihiasi kripik mlinjo.
Selain itu, jajanan khas dendeng age yang
terbuat dari gilingan daging sapi. Yang dibuat dengan cara disajikan
seperti sate dengan diolesi santan yang kemudian dipanggang dengan
semburan api langsung, yang merupakan kesukaan dari Sri Sultan HB ke
tujuh juga akan disajikan. Selain makanan, minuman khas tradisional
seperti bir jawa, wedang secang juga akan menjadi sajian utama untuk
menjamu tamu. Secara umum, konsep masakan yang akan disajikan seluruhnya
merupakan sajian khas tradisional Kraton Yogyakarta. Meski demikian,
pihak Kraton juga akan tetap menyajikan makanan-makanan modern yang
sesuai dengan lidah bagi tamu undangan.
Perhelatan akbar pernikahan agung akan dimeriahkan dengan pesta
rakyat berupa pesta jajan pasar dan makanan tradisional secara gratis.
Panitia menyediakan makaan yang dikemas daam angkringan di Titik Nol
Yogyakarta.Bunga Dari Belanda
Ribuan tangkai bunga beraneka jenis mulai
ditata di Bangsal Kepatihan, lokasi resepsi pernikahan agung itu.
Ribuan tangkai bunga berwarna ungu, hijau dan putih tampak menghiasi
pelaminan yang berada di sisi utara Bangsal. Sehingga pelaminan berupa
gebyok kayu berukir tersebut terlihat semakin mewah dengan rangkaian
bunga di bagian atasnya. Di depan pelaminan, ditata ratusan ratusan
tangkai bunga peacock berwarna putih yang dikombinasikan berbagai jenis
daun-daunan hijau. Hasilnya, sebuah taman bunga menghiasi pelaminan yang
lebarnya mencapai belasan meter itu. Beberapa jenis bunga yang
digunakan di Bangsal yakni bunga krisan, peacock, amaratus, calla lily,
anggrek bulan, dan mawar. Ke semuanya didominasi warna ungu, sesuai
permintaan mempelai. Beberapa bunga didatangkan dari Belanda sejak 18
Oktober lalu antara lain lili casablannca. Sedangkan tulip sudah
digunakan untuk dekorasi di Keraton.
Tarian Istimewa
Dua tarian istimewa ditampilkan pada
acara resepsi pernikahan Gusti Kanjeng Ratu Hayu dengan Kanjeng Pangeran
Haryo Notonegoro. Kedua tarian itu merupakan karya dua raja Yogyakarta.
Tari Bedhaya Manten diciptakan oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX dan
Tari Lawung Agung karya Sri Sultan Hamengkubuwono I.
Baik Bedhaya Manten maupun Lawung Ageng hanya ditampilkan pada
acara-acara tertentu. Tari Bedhaya Manten dibawakan enam penari
perempuan yang masih perawan. Dua penari berperan sebagai sepasang
pengantin, sementara empat lainnya diisi penari serimpi. Tarian ini
menggambarkan perjalanan seseorang menuju gerbang rumah tangga.Tari Lawung Ageng dibawakan 12 penari pria yang menunjukan patriotisme yang tertanam dalam sanubari. Tarian ini juga merupakan simbolisasi para prajurit keraton yang sedang berlatih perang. Dalam Tari Lawung Agung, ditampilkan gerakan latihan perang-perangan atau adu ketangkasan. Para penari membawa lawung, yakni tongkat panjang berukuran 3 meter.
dari berbagai sumber
0 komentar:
Posting Komentar